Budidaya Jamur Tiram Jadi Sumber Penghasilan di Masa Pandemi

Bisnis jamur tiram
Pemuda asal Kampung Bugis di Maros Sulsel, Achmad Fachmi sukses budidaya jamur tiram.

SOLUSINEWS.ID, MAROS — Saat ini budidaya jamur tiram memiliki peluang pasar yang menjanjikan. Bisnis jamur tiram bisa menjadi sumber penghasilan tambahan, apalagi di masa pandemi ini.

Hal itu membuat seorang pemuda Maros Sulsel memilih menggeluti bisnis tersebut.

Achmad Fachmi, warga Dusun Bugis Desa Tenrigangkae Kecamatan Mandai Kabupaten Maros mengembangkan jamur tiram bersama kakeknya sejak 3 bulan lalu.

Ia awalnya hanya mencoba membudidayakan sayuran hidroponik di sekitar halaman sempit rumahnya.

Kini pemuda berusia 28 tahun itu telah mendapatkan penghasilan dari bisnis jamur tersebut. Adapun jenis jamur tiram yang ia budidayakan adalah jamur berwarna putih dengan bentuk seperti payung.

Achmad Fachmi memanfaatkan ruang sempit di halaman rumahnya yang berfungsi sebagai garasi untuk membudidayakan jamur di rak setinggi hampir dua meter dengan panjang tiga meter.

“Semenjak wabah Covid-19 ini penghasilan tak seperti biasanya, maka dari itu saya berfikir untuk memulai usaha agar ada pemasukan tambahan,” ujarnya, Minggu (11/10/2020).

“Sekarang Alhamdulillah saya dan kakek saya juga membudidayakan jamur tiram karena peluang pasarnya cukup bagus di daerah kami,” ungkapnya.

Sebelum terjun ke bisnis budidaya jamur tiram, Achmad Fachmi terlebih dahulu mengunjungi beberapa lokasi budidaya jamur di sekitaran tempat tinggalnya.

“Awalnya memang belajar dulu sejak Juni kemarin, beberapa lokasi tempat budidaya jamur saya kunjungi, banyak ilmu yang saya dapat dari petani jamur di tempat saya belajar, terus baru benar-benar mulai jalan budidaya di bulan Juli,” paparnya.

Saat memulai bisnis tersebut, ia mengeluarkan modal sekitar Rp 7 juta untuk berbagai peralatan budidaya jamur tiram, seperti pembuatan kumbung, rak, baglog, media tanam dan berbagai kebutuhan tanam lainnya.

“Sekali panen dari satu baglog rata-rata setengah sampai satu kilogram. Kalau dari awal budidaya, total yang sudah dipanen 70 sampai 75 kilogram. Masih terbilang sedikit sih,” jelasnya.

Minat konsumen untuk memesan jamur tiram di Maros cukup tinggi, dalam sehari biasanya hasil panen dari jamur tiram laris terjual hingga 6 kg, satu kilo jamur miliknya dibanderol dengan harga Rp 22 ribu.

Selama wabah Covid-19, ia memanfaatkan teknologi digital media sosial untuk memasarkan hasil panen jamur tiram miliknya.

Terkadang pula ada warga yang sengaja datang ke rumahnya untuk memesan secara langsung jamur tiram sembari melihat suasana rumah jamur miliknya.

“Untuk pemasaran saya memanfaatkan media sosial dan laman jual beli, seperti Instagram, Facebook dan via Whatsapp. Jadi nanti tinggal packing dan kirim. Marketnya masih di seputaran Maros, Makassar dan Pangkep,” tuturnya.

Achmad Fachmi menambahkan, memulai usaha saat pandemi Covid-19 ini mungkin bukan pilihan terbaik. Namun ia memiliki keyakinan, budidaya jamur tiram memiliki prospek yang bagus dan menjanjikan.

Alasan lainnya, bisnis jamur tiram juga memiliki arus perputaran uang cukup cepat dan bisa tumbuh setiap hari

“Jamur tumbuhnya setiap hari. Perputaran uangnya cepat dan sasarannya masuk ke kalangan menengah ke bawah, jadi itu yang mau saya fokuskan. Kedepannya bila bisnis ini semakin berkembang saya berencana mempekerjakan orang-orang di sekeliling saya yang tidak memiliki penghasilan tetap,” ungkapnya, seperti dilansir dari beritamaros.com.

Karena menjanjikan, rencananya ia akan mengembangkan budidaya jamur tiram ini, ia dibantu kakeknya kembali berencana untuk membangun kumbung jamur tiram.

Selain menanam jamur, lulusan Sarjana Ekonomi di Sekolah Tinggi Ekonomi Manajemen Lasharan Jaya Makassar ini juga berkebun selada hidroponik dari limbah bekas. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *