Ilmuwan Ungkap Fakta Baru dari Jejak DNA Manusia Purba di Gua Liang Panning Maros

gua wisata Liang Panning di Desa Wanua waru, Kecamatan Mallawa, kabupaten Maros

SOLUSINEWS.ID – Gua Liang Panninge yang berada di kawasan wisata cagar budaya dan situs gua prasejarah di wilayah Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulsel, kembali memberikan informasi terbaru tentang manusia purba.

Jejak manusia purba di Mallawa ini kian tersingkap setelah tim ilmuwan kembali berhasil menemukan DNA sebuah kerangka manusia purba di kawasan gua Liang Panning yang terletak di Dusun Langi’, Desa Wanuawaru, Kecamatan Mallawa, Maros.

Disadur dari laman kompas.com berjudul “Perjalanan Menemukan Besse, Manusia Modern Tertua di Sulawesi Selatan” yang terbit 29 Agustus 2021 menyebutkan tim ilmuwan dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.

Bekerjasama peneliti dari Max Planck Institute for the Science of Human History, Jena, Jerman dan Griffith University Australia, berhasil melacak jejak DNA tersisa pada kerangkan manusia purba yang diberi nama “Besse” tersebut.

Bacaan Lainnya

Besse adalah nama sapaan atau panggilan kepada anak perempuan yang masih bocah di kalangan masyarakat Bugis Makassar di Sulsel.

Pemberian nama Besse setelah diketahui kerangka manusia purba tersebut berjenis kelamin perempuan.

Nama Besse diberikan juga sebagai penghargaan dari para arkeolog atas temuan kerangka manusia purba di Gua Liang Panning di Mallawa Kabupaten Maros.

Hasil pengujian DNA juga ditemukan bahwa kerangka tubuh Besse memiliki garis keturunan orang Papua, suku Aborigin Australia, dan Denisovan.

Denisovan adalah subspesies manusia purba yang diperkirakan hidup di masa 500.000 – 30.000 tahun lalu.

Sebelumnya manusia purba jenis Denisovan diketahui melalui penemuan fosil di Siberia dan Dataran Tinggi Tibet.

Selanjutnya manusia purba yang diberi nama Besse yang ditemukan di kawasan teras Gua Liang Panning Mallawa Maros diperkirakan masih berusia 17-18 tahun yang hidup sekitar 7.200-7.300 tahun lalu.

Perjalanan Menemukan Besse

salah satu bagian kerangka bagian kepala (tengkorak) temuan manusia purba “Besse” di Gua Liang Panning, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulsel. (sumber foto: mongobay.co.id (foto:Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin Makassar))

Salah satu peneliti utama temuan ini, Prof Dr Akin Duli, MA, dosen Arkeologi Unhas Makassar, yang diwawancara kompas.com, Sabtu (28/8/2021), mengungkapkan perjalanan menemukan Besse cukup panjang dan berliku.

Perjalanan itu dimulai tahun 2015 dengan bantuan dana dari rekannya, peneliti Universitas Science Malaysia, Prof Dr Stephen Chia.

Akin dan Stephen pun memulai perjalanannya ke daerah Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, dengan menyambangi Gua Liang Panning.

Akhirnya mereka berhasil menemukan kerangka manusia modern (homo sapiens) tertua di Sulsel berusia 7.200 sampai 7.300 tahun yang kemudian dietahui berjenis kelamin perempuan dan diberi nama “Besse”.

Yang pertama mereka temukan di awal penggalian di lokasi gua tersebut adalah gigi,  kemudian tengkorak, tulang lengan, tulang belakang, dan sejumlah kerangka tubuh lainnya. Hanya tulang paha yang belum ditemukan.

Akin mengatakan bahwa temuan kerangka manusia tersebut sudah mengalami budaya penguburan di masanya.

Alasannya, tubuh Besse diletakkan secara sengaja dalam posisi jongkok tetapi dimiringkan dan diapit dengan beberapa bongkahan batu.

“Terutama di bagian kepala dialasi dengan beberapa alat batu seperti mata panah, pisau batu, dan kapak batu,” sambungnya.

Walau telah menemukan kerangka Besse, namun Prof Akin dan timnya belum bisa mengangkat kerangkanya.

Ada prosedur yang harus dilalui selain peralatannya saat itu tidak memadai untuk mengangkat kerangka manusia purba itu.

Beberapa bulan kemudian, barulah kerangka manusia purba itu bisa diangkat dan dibawa ke laboratorium Unhas Makassar.

Di laboratorium, kerangkanya dianalisis penanggalan dan DNA nya. Lagi-lagi, proses analisis tersebut terkendala peralatan dan dana yang belum memadai.

Penelitian sempat tersendat. Di tahun 2019, Prof Akin mendapat bantuan kerjasama dari Griffith University Australia yang melibatkan kerjasama penelitia Department of Archaeogenetics, Max Planck Institute for the Science of Human History, Jena, Jerman.

Potensi Wisata Liang Panning

Saat ini gua liang panning (gua kalelawar) dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata alam dan budaya prasejarah yang dijaga oleh warga desa ” Baruga “.

Diberi nama Baruga karena lokasi gua ini berada di kawasan ‘segitiga emas’ meliputi Desa Batu Putih, Wanua Waru, dan Gattareng Matinggi yang kemudian disingkat kawasan BARUGA.

Rencananya potensi wisata ini akan dikelolah oleh koperasi wisata gua Liang Panning ini diinisiasi oleh tokoh pemuda sekaligus pengusaha muda asal Kecamatan Mallawa, Rudihartono.

Tujuannya untuk menjaga dan melestarikan situs gua prasejarah di daerah tersebut sekaligus diharapkan mendorong ekonomi kreatif warga desa setempat dalam menunjang pariwisata Maros.

Odi, sapaan Rudihartono, senantiasa mengimbau masyarakat dan elemen terkait untuk saling menjaga kelestarian Liang Panning sebagai situs budaya yang dilindungi UU.

“Situs budaya ini bisa menjadi aset yang berharga dan bermanfaat untuk sosial-ekonomi masyarakat maupun untuk keperluan edukasi,” ujarnya.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *