Saat yang lainnya sudah tiba di mulut gua yang berada di seberang sungai, saya berdiri di tengah sungai menunggu aksi Rembo melintasi sungai untuk direkam.
Beberapa menit saya menunggu sambil mengaktivkan rekaman video hape. Tapi sayangnya, Rembo tak kunjung nyebur dan menyeberangi sungai.
Terdengar Imran meneriaki Rembo untuk menyeberang tetapi tak juga membuat anjingnya itu meloncat ke dalam sungai.
“Takutmi dia basah itu kak karena sudah lama tinggal di rumah. Ndak pernah mi juga ikut berburu babi, jadi ndak berani mi menyeberang,” ungkap Imran sambil beranjak masuk ke mulut gua.
Rekaman video hape pun saya off-kan lalu berbalik meninggalkan si Rembo sendiri di seberang sungai.
Bagian mulut gua yang kami susuri tak seperti bentuk Gua Liang Panning. Yang ini seperti memasuki terowongan batu.
Lantainya sebagian ditutupi endapan pasir dengan bebatuan kali berukuran besar yang tersebar tidak merata.
Masih di bagian mulut gua, di salah satu sudut dinding terdapat tumpukan bongkahan-bongkahan kayu seperti batang pohon, ranting, dan bambu.
Saya pikir sengaja dikumpul atau ditaruh warga disitu, ternyata kata Eki, tumpukan kayu itu terbawa arus sungai saat ketinggian air naik hingga ke mulut gua tersebut.
