Nyaris tak terlihat ornamen stalatmit di lantai gua berair ini karena sebagian besar lebar lantai gua digenangi air.
Makin ke dalam, makin tak ada tepian sungai yang kering untuk dipijak. Lantai gua full ditutupi air sungai.
Makin ke dalam, ruangannya makin kecil. Mungkin hampir 100 meter kami menyusuri gua berair tersebut. Kedalaman air bervariasi, ada semata kaki hingga selutut.
Lalu kami berhenti saat berada di ruang gua yang sempit. Untuk terus melangkah masuk sepertinya sudah harus menunduk sambil menyusuri gua.
Jarak langit-langit gua juga makin pendek, tersisa beberapa centimeter saja dari ubun-ubun kepala.
Apalagi, jejeran stalaktit kian ‘menjamur’ di langit-langit gua. Saya dan tim kadang harus menundukkan kepala atau berkelit agar kepala kami tidak menabrak stalaktit-stalaktit yang tergantung di langit gua.
Berbagai bentuk dan ukuran ornamen di langit gua ini tumbuh dengan sangat alami. Berdiri dengan dikelilingi ornamen gua ini ibarat berada di Taman Stalaktit yang sangat subur.
Air yang merayapi badan stalaktit dengan mulus dan durasi waktu masing-masing, menetes jatuh ke permukaan sungai.