Sebagian Bola Piala Dunia 2022 ternyata Dibuat di Pakistan, Segini Upah Penjahitnya

pekerja sedang membuat bola sepak di salah satu pabrik di Kota Sialkot, Pakistan.(foto:Jun Michael Park/bloomberg.com)

SOLUSINEWS.ID – Kota Sialkot adalah sebuah kota di timur laut negara Pakistan yang berbatasan dengan Kashmir. Kashmir sendiri sebuah negara bagian India yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Dari kota Sialkot ini pulalah sebagian asal bola yang tersebar di dunia digunakan pesepakbola.

Dari kota ini, sekitar 70 persen bola yang tersebar di dunia dipasok dari Sialkot.

Lebih dari dua pertiga bola sepak dunia dibuat di salah satu dari 1.000 pabrik di kota tersebut, termasuk bola Adidas’s Al Rihla, bola resmi Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar.

Bacaan Lainnya

Bersumber dari bloomberg, di Sialkot sekitar 60.000 orang bekerja di industri pembuatan bola sepak atau sekitar 8 persen dari populasi di Kota Sialkot.

Sebagian besar pengerjaannya pembuatan bola sepak dilakukan secara konvensional atau menggunakan jahitan tangan.

Prosesnya penjahitan panel bola menggunakan tangan tersebut bisa berlangsung hingga berjam-jam.

Lebih dari 80 persen bola sepak yang dibuat di Sialkot menggunakan jahitan tangan.

Memang proses melelahkan bagi pekerjanya namun hal itu diklaim membuat bola lebih tahan lama dan memberikan stabilitas yang lebih aerodinamis.

Jahitannya lebih dalam dan memiliki tegangan lebih besar dibandingkan jahitan mesin.

Bahan pembuatan bola sepak ini menggunakan tekstil, kulit sintetis, dan perekat.

Tekstil yang digunakan terbuat dari katun, poliester, dan poliuretan. Sementara komponen komponen kulit sintetisnya berasal dari berbagai negara.

Bahan baku dari Cina juga digunakan untuk bola kualitas standar harga termurah sedangkan bahan dari Korea Selatan digunakan untuk bola berkualitas lebih tinggi.

Sementara setiap bola yang ditujukan untuk dipakai di ajang Bundesliga Jerman atau liga Eropa lainnya menggunakan komponen bahan baku dari Jepang.

Untuk bola tradisional terdiri dari 20 segi enam dan 12 segi lima yang digabungkan dengan 690 jahitan.

Namun kini semakin banyak bola sepak yang disatukan dengan lem panas, sebuah proses yang disebut ikatan termo.

Bola-bola ini masih berkualitas tinggi dan lebih murah diproduksi, tetapi biaya distribusinya malah lebih mahal.

Tidak seperti bola yang dijahit, tidak dapat dikempiskan atau diperbaiki.

Selain itu, produksi bola sepak di Sialkot melalui pengujian ketat untuk memenuhi standar FIFA.

Orang-orang di seluruh dunia membeli sekitar 40 juta bola sepak setiap tahun. Penjualannya pun diperkirakan melonjak selama ajang Piala Dunia 2022 di Qatar.

Lebih dari dua pertiga bola sepak di dunia dibuat di salah satu dari 1.000 pabrik di kota tersebut, termasuk bola Adidas’s Al Rihla, bola resmi Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar.
(foto:Jun Michael Park/bloomberg.com)

Upah Penjahit Bola

Pada salah satu pabrik pembuatan bola sepak di Sialkot, Anwar Khawaja Industries, mengupah penjahit pembuatan bola sepak sekitar 160 rupee atau 0,75 dolar US yang setara Rp 11 ribuan per bola.

Satu bola membutuhkan waktu pembuatan sekitar 3 jam. Dengan tiga bola sehari maka satu penjahit dapat memperoleh sekitar 9.600 rupee per bulan atau sekitar Rp 670 ribuan.

Upah buruh di wilayah ini memang cukup rendah. Berdasarkan perkiraan peneliti, upah hidup di Sialkot sekitar 20.000 rupee per bulan atau sekitar Rp 1,4 juta per bulan.

Kebanyakan pekerja yang menjahit bola adalah kaum wanita. Pada hari-hari biasa, mereka umumnya hanya membuat 2 bola saja dalam sehari di Anwar Khawaja Industries.

Setelah bekerja beberapa jam, mereka pulang ke rumah untuk memasak dan menyiapkan makanan untuk keluarga kemudian melanjutkan pekerjaan mereka di desa terdekat pada sore hari.

Sementara kaum pria di Sialkot biasanya bekerja dalam berbagai tahapan proses pembuatan bola sepak. Seperti menyiapkan bahan atau menguji kualitas produksi bola sepak.

Peraturan ketenagakerjaan setempat yang berlaku sejak tahun 1997, malah membolehkan pabrik-pabrik di Sialkot mempekerjakan anak-anak berusia 5 tahun bersama orangtua mereka.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *