Setelah menikmati segelas kopi dan kue tradisional di Warung Kopi Pagi, kami pun berangkat menuju Desa Wanua Waru.
Berdua, Rudihartono dan Pak Amir menunggangi Mitsubishi Pajero Sport putih, sementara saya mengekor di belakang menumpangi Toyota Cayla bersama dua rekan lainnya, Tatam, dan Syahril Boby.
Syahril Boby adalah salah satu penggiat pariwisata yang cukup familiar di Butta Salewangang, julukan Maros. Pria agak tambun yang humoris ini lebih akrab disapa Boby.
Akomodasi Penunjang Wisata
Desa Wanua waru adalah salah satu daerah penghasil madu terbaik di Maros. Selain itu, desa ini dikenal sebagai penghasil komoditi sukun (buah bakara).
Meski berada di dataran tinggi dengan kontur berbukit-bukit, desa ini juga memiliki lahan persawahan yang menawan seperti sawah bertingkat atau dikenal sawah terasering.
Beberapa spot dan panorama alam di wilayah desa ini sangat keren dijadikan latar foto selfie yang instagramble.
Spot pertama yang kami singgahi di Desa Wanua Waru adalah villa atau homestay yang berada di salah satu puncak bukit dengan view panorama alam perbukitan.
Selain itu, kawanan kabut yang muncul pada saat fajar dan senja hari menjadi pencuci mata dari teras villa ala rumah panggung kayu berpondasi beton.
Villa ini dibangun oleh Rudihartono yang pengelolaannya melibatkan warga dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) desa setempat.