Camp & Staycation
Area depan villa pun memiliki lahan cukup luas baik untuk fasilitas parkir kendaraan maupun kegiatan camping ground yang bisa menampung puluhan tenda.
Dari area villa menuju lokasi wisata cagar budaya Gua Liang Panning bisa dilakukan ala hiking atau berjalan kaki dengan jarak sekitar 300 meter saja.
Rutenya pun cukup menantang karena harus berjalan menuruni bukit dan tebing untuk tiba di jalan setapak menuju mulut gua Liang Panning.
Namun, akses ini lebih dekat dan cepat dibanding melalui jalur umum dengan melintasi jalan desa yang memutar untuk sampai ke akses masuk Gua Liang Panning.
Menginap di Villa Liang Panning ini membuat agenda perjalanan saya untuk menyusuri Gua Liang Panning dan gua-gua esksotik di sekitarnya jadi lebih nyaman.
Di villa ini saya bisa menyusun agenda staycation untuk melancong ke beberapa destinasi wisata dan spot alam menarik lainnya di wilayah Desa Wanua Waru.
Seperti mengunjungi rumah adat desa peninggalan masa distrik Wanua Waru di era kolonial Belanda atau ke hutan pinus dan air Terjun Baruttung, lalu kembali ke villa.
Di malam hari, di Villa Liang Panning, waktunya menikmati menu ikan atau ayam kampung bakar dari alat panggang di teras villa.
Saat malam makin larut, suara desiran air sungai di bawah tebing bukit kian terdengar. Melantunkan lagu sepoi pengantar tidur.
Dari teras villa, saya mendapati cahaya kerlap-kerlip kecil melayang tak karuan di dalam ruangan villa yang lampunya telah dipadamkan.
Rupanya, sekawanan kunang-kunang sedang menari-nari dalam kegelapan. Serangga unik yang mungkin didambakan anak-anak yang tumbuh di perkotaan untuk dilihat langsung.
Usai menyantap singkong bakar dan segelas kopi, saya pun beranjak tidur sambil membiarkan alam pikiran saya hanyut dalam pesona alam Desa Wanua Waru.(bersambung)
penulis : ridwan putra