Usaha Anyaman Daun Lontara Ibu-ibu di Sinjai yang Bernilai Ekonomis

ilustrasi pohon lontara (indonesia.go.id)

SINJAI, SOLUSINEWS.ID – Lontara (Bahasa Makassar) atau Lontar (Bahasa Jawa) adalah jenis pohon yang juga memiliki sebutan pohon Tala’ atau Siwalan (Borassus flabellifer atau palmyra).

Pohon Lontara merupakan flora identitas Sulawesi Selatan dari jenis palma (pinang-pinangan). Hampir semua bagian pohonnya bisa dimanfaatkan baik untuk bahan makanan-minuman maupun kerajinan.

Di zaman dulu, daun pohon ini  digunakan sebagai alat atau bahan tulis menulis (naskah). Kini, pemanfaatan daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan anyaman tradisional.

Bacaan Lainnya

Selain bahannya alami, produk turunan dari anyaman daun lontara juga sangat banyak antara lain tikar, keranjang, tas, dan lain-lain.

Ibu-ibu rumah tangga di Dusun Bisokeng, Desa Sanjai, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, membuat kerajinan anyaman daun lontara.

Di beberapa daerah di tanah air, kemampuan menganyam daun lontara sudah diajarkan secara turun-temurun di masyarakat.

Seperti di Dusun Bisokeng, Desa Sanjai, Kecamatan Sinjai Timur, keterampilan menganyam daun lontara ini terus dikembangkan dan dijadikan sebagai usaha kerajinan di kalangan ibu-ibu rumah tangga.

Usaha anyaman daun lontara di Dusun Bisokeng ini dirintis dan dikelola seorang wanita paruh baya, Ibu Muli, sekaligus sebagai Ketua Kelompok Usaha Anyaman Daun Lontara Sinjai.

Ibu Muli mengaku usaha kerajinan anyaman daun lontara ini sudah digeluti sekitar delapan tahun lalu.

Melalui usaha ini, kaum perempuan khususnya ibu-ibu di desa setempat kini memiliki aktivitas produktif dengan membuat berbagai produk anyaman daun lontara yang bernilai ekonomis.

Harganya pun beragam mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 35 ribu per buah. Produk hasil anyaman lontara asuhan Ibu Muli ini antara lain tempat tisu, keranjang, tempat toples, tempat air mineral, dan aneka tas.

“Dalam sehari biasanya setiap ibu-ibu yang bekerja disini menghasilkan dua buah kerajinan,” sebut Ibu Muli yang kini memiliki 10 orang karyawan, Selasa (30/3/2021).

Pemasarannya memanfaatkan media sosial dan bantuan Disparbud Sinjai. Bahkan, pemasaran produk anyaman  lontara tersebut hingga ke Makassar dan Bali.

“Biasanya kami juga menerima pesanan dari Disparbud Sinjai sekitar 100 – 150 buah. Bahkan kami pernah menerima pesananan sebanyak 1.000 buah dan itu kami kerjakan selama dua bulan,” tuturnya.

Untuk pengembangan produk kerajinan anyaman daun lontar, Ibu Muli mengaku terus berupaya agar produk tersebut bisa lebih menarik lagi.

Untuk mewujudkan hal itu, ia mengaku masih terkendala ketersediaan mesin jahit dan cat pewarna.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *